Kamis, 27 Januari 2011

Fenomena Lumpur Lapindo, Porong Sidoarjo, Indonesia






Ini yang tidak disadari banyak orang dan kadang sering terlupakaan sudah 4 tahun Fenomena Lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo masih terus terjadi sampai sekarang. Yang telah banyak menelan harta benda dan kesedihan berkepanjangan bagi penduduk disana. Sebelum gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter yang berpusat di Tasikmalaya, Jabar, aktivitas semburan Lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jatim diketahui mengalami peningkatan cukup signifikan. Deputi Operasi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sofyan Hadi di Jakarta, Minggu, mengatakan, intensitas Lumpur Lapindo di pusat semburan teramati mengalami kenaikan selama lima hari sebelum gempa Tasikmalaya yang terjadi pada Rabu (2/9) pukul 14:55 WIB.
“Selama lima hari sebelum gempa, tinggi semburan naik mencapai 3-4 meter dari sebelumnya hanya maksimal 0,5 meter. Namun, saat gempa terjadi, semburan relatif tenang dan sekarang sudah normal kembali,” katanya mengungkapkan.
Menurut dia, fenomena tersebut mengindikasikan adanya korelasi besar antara peningkatan tekanan di sekitar pusat semburan Lumpur Lapindo, dengan aktivitas kegempaan tektonik di wilayah lain. “Semburan ini `kan` konteksnya sedang terjadi tekanan. Menjelang gempa, tekanan mencapai puncaknya, namun setelah gempa, tekanan kembali tenang,” ujarnya.
Sejumlah semburan dilaporkan juga terjadi di wilayah Tasikmalaya, pascagempa yang juga dirasakan hingga ke Pulau Sumatra dan Bali tersebut. Pakar geologi dari Universitas Trisakti, Agus Guntoro mengatakan, memang sangat dimungkinkan semburan Lumpur Lapindo terpengaruh gempa Tasikmalaya, mengingat semburan juga merupakan gejala tektonik. “Fenomena ini semakin membuktikan, semburan lumpur Sidoarjo disebabkan bencana alam, yakni pergerakan lempeng di dalam bumi dan bukan karena aktivitas pengeboran,” katanya.
Ia menambahkan, adanya gerakan lempeng di tempat lain akan mempengaruhi struktur lempeng di Sidoarjo yang memang sudah terbuka. Agus juga mengatakan, Lumpur Lapindo yang terus keluar sejak tiga tahun lalu juga membuktikan semburan lumpur merupakan fenomena alam dan tidak terkait dengan pengeboran sumur yang dilakukan Lapindo Brantas.
Berdasarkan analisa suhu dan volume lumpur, lanjutnya, ternyata tidak cocok dengan kondisi zona pengeboran. “Kalau terkait sumur pengeboran, tentunya tidak akan selama ini. Jadi, ini seperti halnya fenomena magma panas bumi yang bisa berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun,” katanya.
Lumpur Lapindo diketahui menyembur pertama kalinya di Desa Siring, Porong, Sidoarjo, Jatim pada 26 Mei 2006. Dengan demikian, keluarnya lumpur sudah mau memasuki tahun keempat. Semburan yang diketahui merupakan salah satu fenomena “mud volcano” (gunung lumpur) terbesar di dunia, pertama kali keluar di Desa Siring yang berjarak 200 meter dari lokasi pengeboran sumur di Desa Ronokenongo.

Akan kah kejadian munculnya semua fenomena ini mengindikasikan bahwa bumi ini akan segera sirna, akan tetapi hari kiamat merupakan rahasia Ilahi dan tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya.

0 komentar:

Posting Komentar